13Jul

Literasi Digital dan Manfaatnya

Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna internet terbesar di dunia. Seiring perkembangan tersebut dan maraknya informasi di dunia digital, ada juga hal positif dan negatif yang berdampak pada kehidupan kita. 

Pada tanggal 20 Mei 2021 lalu, pemerintah telah meresmikan program nasional literasi digital. Literasi digital  merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan kecakapan kognitif dan teknikal.

Adapun Kerangka literasi digital Indonesia terdiri dari :

  1. Proteksi (safeguard), yaitu perlunya kesadaran atas keselamatan dan kenyamanan pengguna internet, yaitu perlindungan data pribadi, keamanan daring serta privasi individu dengan layanan teknologi enkripsi sebagai salah satu solusi yang disediakan.
  2. Hak-hak (right), yaitu hak kebebasan berekspresi yang dilindungi, hak atas kekayaan intelektual, dan hak berserikat dan berkumpul
  3. Pemberdayaan (empowerment), yaitu pemberdayaan internet untuk menghasilkan karya produktif, jurnalisme warga, dan kewirausahaan serta hal -hal terkait etika informasi.

Dengan begitu, diharapkan literasi digital dapat menjadi  wadah/media untuk melindungi hak kekayaan intelektual serta menanggulangi berita bohong (hoaks), ujaran kebencian ataupun perilaku intoleran lainnya. Selain itu masih banyak beragam manfaat literasi digital, diantaranya yaitu :

  • Menghemat waktu dan mendapatkan informasi terkini dengan cepat, contohnya dapat mencari referensi di internet di mana pun, kapan pun dan dan di mana saja.
  • Lebih hemat biaya dengan banyak website dan aplikasi gratis di internet yang menawarkan diskon.
  • Memperluas jaringan, seperti menambah teman baru dari berbagai wilayah dan negara melalui media sosial.
  • Membuat keputusan yang lebih baik, contohnya membandingkan harga sebuah produk melalui internet.
  • Belajar lebih cepat & efisien serta memperkaya ketrampilan, misalnya belajar tutorial melalui website pembelajaran. Terutama pembelajaran kemampuanTeknologi  Informatika yang sangat dibutuhkan di masa kini.
  • Ramah lingkungan, karena dapat menghemat kertas dengan menggunakan buku elektronik.

Selain beberapa contoh di atas, masih banyak kegiatan literasi yang dapat dilakukan seperti menggunakan media sosial untuk peningkatan usaha dan kewirausahaan; penggalangan dana sosial; menggunakan petisi daring (online) untuk kontrol sosial; serta mencari pekerjaan yang juga dapat dilakukan di website Mitra Kerja ini.

Semoga dengan banyaknya informasi, peluang serta jangkauan literasi digital, individu juga dapat memaksimalkan pengembangan dirinya menjadi individu yang cakap digital.

Sumber :

https://tirto.id/apa-itu-literasi-digital-prinsip-dasar-manfaat-dan-contohnya-gbhL

https://id.wikipedia.org/wiki/Literasi_digital

https://literasinusantara.com/literasi-digital-pengertian-tantangan-dan-peluang

11Jun

Peringatan HUT Mitra Kerja Utama ke 17th Di Masa Pandemi

Bulan Juni merupakan bulan istimewa bagi PT. Mitra Kerja Utama. Tepatnya tanggal 4 Juni 2021, perusahaan ini genap berusia 17 tahun. Tidak ada perayaan spesial mengingat masih dalam situasi pandemi.

Menyesuaikan dengan pembatasan pemerintah untuk kapasitas kantor, hanya 25 orang saja yang hadir di hari tersebut. Bertempat di Kantor Pusat, Jakarta, kami mengadakan doa bersama dan potong kue. Selain itu juga ada pembgaian giveaway untuk 6 pemenang di media sosial Instagram dan LinkedIn yang total berhadiah Rp 500.000.

Usia 17 tahun bukanlah waktu yang pendek, perusahaan dan seluruh tim telah menjalani beragam tantangan sehingga menjadi bisnis yang lebih matang dan kuat. Di usia beranjak ‘dewasa’ ini kami tetap akan semangat dan selalu berusaha memberikan layanan terbaik kepada para kandidat, pegawai dan seluruh klien.

Beberapa produk inovatif seperti layanan rekrutmen online, pengembangan E-learning telah berjalan dengan baik sejak 2020 dan ke depannya semoga dapat selalu berkembang dan dapat memenuhi kebutuhan seluruh klien kami di beragam daerah se-Indonesia.

 

24May

Dunning-Kruger Effect: Orang yang Merasa Pintar Adalah Orang Bodoh

Pernahkah Anda mendengar istilah “Tong Kosong Nyaring Bunyinya”? Istilah tersebut sangat merepresentasikan orang dengan Dunning-Kruger Effect. Dunia psikologi menyebutkan orang-orang yang merasa dirinya paling pintar dan tidak pernah salah adalah orang-orang yang sedang mengalami Dunning-Kruger Effect. Secara resmi Dunning-Kruger Effect didefinisikan sebagai bias kognitif dimana seseorang percaya bahwa dirinya lebih pintar dan lebih mampu daripada yang sebenarnya terjadi.

Tahun 1999, terdapat 2 orang psikolog yang bernama David Dunning dan Justin Kruger yang melahirkan jurnal yang berjudul Unskilled and Unaware of It: How Difficulties in Recognizing One’s Own Incompetence Lead to Inflated Self-assessments (1999). Pada penelitian tersebut menyatakan bahwa ketidaktahuan akan standar kinerja menjadi sedikitnya kompetensi yang ada. Secara sederhana, orang dengan Dunning-Kruger Effect akan merasa kemampuan mereka jauh lebih tinggi dari yang sebenarnya dan tidak mampu untuk mengenali kemampuan mereka sendiri.

Ciri-Ciri Dunning-Kruger Effect

            Apakah Anda termasuk kedalam orang yang mengalami Dunning-Kruger Effect? David Dunning dan Justin Kruger mengklasifikasi ciri-ciri orang yang mengalami Dunning-Kruger Effect sebagai berikut:

  1. Cenderung berlebihan menilai tingkat keahliannya
  2. Tidak mampu untuk mengenali ketidakmampuannya
  3. Tidak mampu untuk mengenali keahlian orang lain

Contoh Dunning-Kruger Effect

Terdapat banyak sekali contoh yang menggambarkan Dunning-Kruger Effect. Beberapa diantaranya adalah:

1.Atlet Amatir

Atlet catur amatir yang akan bertanding merasa kemampuan dirinya lebih hebat dari lawannya pada saat berada di perlombaan atau turnamen.

2.Pekerja dengan Kinerja Rendah

Pada waktu melaporkan hasil kinerja, terdapat beberapa kritik dan saran untuk meningkatkan kinerja. Maka orang dengan Dunning-Kruger Effect akan selalu memiliki alasan dan bantahan atas kritik yang ia terima.

3. Pendukung Fanatik Politik

Pendukung fanatik dari aktivitas politik cenderung terdampak Dunning-Kruger Effect. Pendukung fanatik ini biasanya terlalu percaya pada keahlian politik mereka dan berperilaku seolah-olah ia sangat memahami bagaimana politik berjalan. Pendukung fanatik seperti ini cenderung hanya mempelajari dan membaca informasi yang ia percaya benar. Pendukung fanatik tidak mencoba untuk belajar secara mendalam.

Cara Menghindari Dunning-Kruger Effect

            Anda pernah melihat komentar netizen di salah satu media sosial yang sudah jelas-jelas salah namun tetap merasa apa yang ia sampaikan adalah benar dan fakta? Menyebalkan bukan? Agar tidak seperti netizen tersebut, berikut adalah beberapa cara agar terhindar dari Dunning-Kruger Effect.

1.Terus Belajar

Belajar sepanjang hayat adalah istilah yang paling tepat untuk terhindar dari Dunning-Kruger Effect. Jangan selalu beranggapan bahwa Anda sudah mengetahui segalanya. Belajar sesuatu mendasar adalah hal baik, namun akan menjadi lebih baik ketika Anda mempelajari suatu hal secara mendalam sehingga akan menyadari Anda bahwa masih banyak hal yang tidak Anda ketahui. Hal ini akan membantu kita untuk mengurangi kecenderungan untuk berasumsi bahwa kita sudah ahli, padahal yang kita ketahui tidak seberapa.

2. Rendah Hati

Untuk menghindari dari Dunning-Kruger Effect, Anda dapat secara jujur dan rutin mempertanyakan kemampuan dan pengetahuan Anda mengenai suatu hal. Cobalah untuk rendah hati dan mulai untuk belajar secara mendalam, banyak bertanya, serta belajar dari orang yang memiliki perbedaan pandangan dengan Anda.

3. Minta Evaluasi Secara Berkala

Apabila Anda sedang mempelajari suatu hal, carilah orang yang Anda percaya menguasai hal tersebut. Belajarlah untuk kritis namun terbuka atas masukan yang ada dan jangan menolak terhadap kritikan yang Anda terima. Hindari perilaku seolah-olah Anda mengetahui dan menguasai hal yang sebenarnya tidak Anda ketahui dan kuasai.

Jadi, mulai saat ini belajarlah untuk berhenti berasumsi bahwa Anda adalah seorang ahli. Berasumsi bahwa Anda seorang ahli adalah salah satu pertanda bahwa Anda sedang mengalami Dunning-Kruger Effect. Belajarlah untuk mendengarkan pendapat/perspektif orang lain, bersikaplah rendah hati serta pahami bahwa setiap orang memiliki kemampuannya masing-masing.

Dr. (H.C.) Ary Ginanjar Agustian pernah berkata “Tidak perlu malu terlihat bodoh, karena kebodohan dapat diubah dengan belajar. Tapi, malulah berpura-pura pintar, karena orang yang merasa pintar tidak memiliki keinginan untuk belajar.”

Sumber:

11May

Idul Fitri 2021 : Saling memaafkan dan peduli terhadap sesamaper

Momen Hari Raya Idul Fitri adalah momen yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam. Karena di saat inilah, seluruh umat Islam terdorong untuk membuka pintu maaf kepada siapa saja dan saling peduli terhadap sesama.

Bulan Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini masih dirayakan di masa pandemic COVID-19. Sama seperti tahun lalu umat muslim tetap dihimbau untuk melakukan sholat tarawih /id di rumah bersama keluarga. Walaupun begitu tetap tidak mengurangi keagungan dan pahala baiknya

Mengutip pada sumber[1] ada beberapa hal yang disampaikan oleh Ustadz Ahmad Mundzir, Pengajar di Pesantren Raudhatul Qur’an an-Nasimiyyah, pada khotbahnya untuk perayaan Idul Fitri 1442 H, yaitu :

  • Tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah

Dengan meningkatkan iman dan takwa, semoga kita mendapatkan rahmat Allah dan kelak dikumpulkan bersama Nabi Muhammad SAW dan orang-orang saleh.

  • Memanjatkan syukur

Bersyukurs serta berterima kasih kepada Allah bahwa telah diberi anugerah bisa menyelesaikan ibadah puasa selama sebulan penuh. Pada hakikatnya, ibadah yang kita lakukan, bukan atas kuasa kita sendiri, namun semata-mata pemberian dari Allah subhanahu wa ta’ala.

  • Memberikan zakat fitrah

Saat yang paling afdhal Ketika  shalat subuh sampai sebelum shalat id. Dapat berbagi bahan makanan pokok kepada orang miskin di sekitarnya, sehingga pada hari raya idul fitri, semua orang bisa merasakan nikmatnya makan.

  • Optimis akan masa depan yang lebih baik

Di masa pandemi COVID-19 ini, kita masih harus beradaptasi dengan keadann dan tetapp berharap ke depannya menjadi semakin membaik: pintu-pintu masjid kembali terbuka sebagaimana sedia kala.

Tidak mudik juga bukan berarti tak sayang keluarga. Walaupun tangan tak bisa berjabat langsung, masih ada beragam cara untuk menunjukkan perhatian pada keluarga di luar kota / kampung, misalnya dengan video call ataupun mengirimkan parcel lebaran. Ungkapan sayang dan maaf tetap dapat disampaikan meskipun dalam jarak yang berjauhan. Berikan pengertian kepada keluarga di kampung bahwa situasi ini hanya dalam masa pandemi dan demi kesehatan seluruh keluarga.

“Tidak ada kata seindah kata maaf, tidak ada perbuatan seindah memaafkan. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1442 H. Mohon Maaf lahir dan batin.”

Sumber :

[1] https://portaljember.pikiran-rakyat.com/khazanah/pr-161871098/khutbah-idul-fitri-1442-h-atau-2021-rayakan-lebaran-di-tengah-pandemi-covid-19?page=5

12Apr

Jaga Performa Selama Puasa Di Masa Pandemi

Tidak lama lagi, kita akan memasuki Bulan Suci Ramadhan, namun berpuasa selama Ramadan seharusnya tidak menjadi penghalang dalam beraktivitas sehari-hari, seperti bekerja.

Ada beragam tips untuk tetap prima menghadapi bulan puasa di kegiatan sehari-hari. Namun kali ini, kita akan fokus membahas tips agar tetap kuat menjalankan puasa meski harus bekerja terutama dalam kondisi pandemi saat ini.

Momen Ramadhan merupakan ritual ibadah dan bulan penuh berkah, pastikan dilakukan dengan niat yang penuh tekad dan tulus. Begitu pun dengan bekerja yang merupakan salah satu bentuk ibadah, kita tetap harus bekerja dengan semangat dan penuh energi walau sembari menahan rasa lapar, emosi dan pikiran yang negatif.

Kenali tubuhmu dengan baik, dan jagalah diri dari segala aktivitas non produktif serta menghindari makanan tidak sehat. Dengan tubuh bugar dan sehat, produktivitas kerja akan semakin optimal dan  kamu dapat mengatasi semua tantangan.


Sumber :
https://www.dream.co.id/dinar/7-tips-tetap-agar-tetap-perform-selama-ramadhan-210405z.html

https://www.grid.id/read/042601046/ramadhan-2021-4-tips-tetap-kuat-menjalankan-puasa-meski-harus-bekerja-dalam-kondisi-pandemi

https://bacaterus.com/tips-semangat-kerja-selama-bulan-puasa

19Mar

Work Ethic, Sudahkah Dilakukan secara Maksimal?

oleh: Dimas Sulistiyanto

Kata “Work Ethic” jika diterjemahkan kedalam Bahasa Indonesia berarti “Etos Kerja”. Etos kerja menurut Miller, dkk. (2002) adalah “keyakinan seseorang dapat menjadi lebih baik dan meraih tujuan melalui komitmen terhadap nilai dan pentingnya bekerja keras”. Sementara Martin & Cullen (dalam Eldor, 2016) mengemukakan bahwa “etos kerja merupakan kumpulan sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan perilaku kerja”. Lebih lanjut menurut Dodi (dalam Hadiyansah dan Yanwar, 2017) “etos kerja adalah sikap, pandangan, kebiasaan, ciri-ciri atau sifat mengenai cara bekerja yang dimiliki seseorang, suatu golongan atau suatu bangsa”. Jadi jika kita rangkum semua pengertian di atas, etos kerja adalah

Etos kerja sendiri menurut Miller, dkk. (2002) terdiri dari tujuh komponen yaitu “centrality of work, self-reliance (kemandirian), hard work (kerja keras), leisure (waktu luang), morality/ethics, delay of gratification, dan wasted time”. Sehingga ketika karyawan memiliki ketujuh komponen tersebut, maka karyawan akan memiliki etos kerja yang baik. Berikut penjelasan singkat dari masing-masing komponen:

  • Centrality of Work

Percaya terhadap pekerjaan dan mementingkan pekerjaan. Karyawan yang memiliki centrality of work yang tinggi akan sangat mengutamakan pekerjaan dan menempatkan pekerjaan sebagai bagian dari kehidupannya. Pentingnya memiliki karyawan yang dapat memaknai pekerjaan dan mengutamakan pekerjaan yang akan berdampak pada karyawan itu sendiri dan organisasinya.

  • Self-Reliance

Kemampuan individu untuk tidak bergantung pada orang lain dalam menyelesaikan pekerjaan sehari-hari.

  • Hard Work

Keyakinan seseorang dapat menjadi lebih baik dan meraih tujuan melalui komitmen terhadap nilai dan pentingnya bekerja keras. Kerja keras merupakan perilaku yang bersungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan yang muncul pada saat bekerja, dan dapat menyelesaikan tugas dengan maksimal.

  • Morality/Ethics

Kepercayaan pada suatu keadilan dan adanya moral. Morality/ethics merujuk pada karakter, dan persoalan terkait perilaku. Dengan adanya moral pada karyawan akan mempengaruhi bagaimana karyawan tersebut bertindak.

  • Leisure

Sikap individu yang terbiasa menggunakan waktu luang untuk mengerjakan hal lain diluar pekerjaan.

  • Wasted Time

Sikap dan keyakinan yang mencerminkan penggunaan waktu yang aktif, produktif dan efisien.

  • Delay of Gratification

Kemampuan menunda rewards jangka pendek, untuk mendapatkan rewards di masa mendatang dengan hasil yang lebih maksimal memiliki orientasi pada masa depan. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa dengan adanya penundaan kepuasan dapat bermanfaat bagi karyawan.

Etos kerja diwujudkan melalui perilaku kerja pegawai, sehingga penting bagi pegawai untuk menampilkan performa kerjanya dengan baik. Karena akan menjadi lebih mudah melihat dan mengukur job performance daripada “nilai” yang ada di dalam diri seseorang yang sifatnya tak kasat mata. Berbanding lurus, biasanya etos kerja seseorang / tim / organisasi dikatakan baik jika dapat menunjukkan job performance yang baik pula. Seperti studi yang dilakukan oleh Nizam, S., dkk (2016) mengatakan bahwa “ada hubungan yang signifikan antara work ethic dan job performance. Work ethic terbukti menjadi prediktor yang baik untuk kinerja pegawai … Hal tersebut membuktikan bahwa work ethic akan menghasilkan kinerja pegawai yang tinggi dan menunjukkan bahwa penerapan work ethic dapat membantu organisasi mencapai kinerja yang baik secara keseluruhan”.

Selain etos kerja dapat mempengaruhi peningkatan job performance, ternyata dalam halaman decoding.com disebutkan juga bahwa manfaat lain dari penerapan etos kerja dalam rutinitas individu adalah:

1. Meningkatkan status sosial

2. Meningkatkan status ekonomi

3. Menjaga kesehatan fisik dan mental

4. Meningkatkan aspek kerohanian

Pertanyaan selanjutnya, mengapa etos kerjaantara individu satu dengan yang lainnya dapat berbeda? Menurut Anoraga (2001) terdapat tujuh faktor yang dapat mempengaruhi etos kerjayaitu: agama, budaya, sosial politik, kondisi lingkungan / geografis, pendidikan, struktur ekonomi, motivasi intrinsik individu”. Jadi tak heran jika etos kerjaantar individu, golongan, atau bahkan bangsa satu dengan yang lain dapat menjadi berbeda karena ada banyak faktor kompleks yang melatarbelakanginya.

Salah satu contoh etos kerja yang cukup khas dan sering kita dengar adalah etos kerja orang Jepang sebagai workaholic. Studi dari Laroussi (2009) menyebutkan penyebab hal itu bisa terjadi karena “jam kerja yang panjang yang harus dihabiskan oleh karyawan Jepang di perusahaan berkaitan dengan sikap manajemen terhadap antusiasme dan komitmen mereka untuk bekerja dan bagaimana sikap tersebut dapat berdampak pada karir mereka, karena perusahaan Jepang cenderung mengukur loyalitas untuk bekerja dengan jumlah waktu yang dihabiskan pekerja untuk itu”.

Lalu yang perlu kita renungkan bersama selanjutnya adalah apakah kita sudah mempunyai etos kerja yang baik? Perlukah kita meniru sistem kerja bangsa Jepang? Atau mungkin ada sistem kerja lain yang lebih baik?

Sumber:

  • Anoraga, Pandji. (2001). Manajemen Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
  • Eldor, L., (2016). (In Progress). The relationship between ethical climate and employee engagement. DOI: 10.13140/RG.2.1.3096.5365
  • Hardiansyah, R. O. (2017). Pengaruh Etos Kerja Terhadap Kinerja Pegawai (sarjana skripsi). Diakses pada 16 Maret 2021 dari https://eprints.uny.ac.id/54151/
  • Laroussi, Z. (2009). Work Ethic. Diakses pada 17 Maret 2021 dari https://www.slideshare.net/laroussizakaria/work-ethic-in-japan
  • Miller, M. J., Woehr, D. J., & Hudspeth, N. (2002). The meaning and measurement of work ethic: Construction and initial validation of a multidimensional inventory. Jurnal of Vocational Behavior. 60, 451-489.
  • Nizam, S., dkk. (2016). The Relationship between Work Ethics and Job Performance. In International Conference on Business and Economics (Vol. 3, pp. 21-23)
23Feb

Menebar Kasih Di Masa Pandemi

Pada bulan Februari, khususnya tanggal 14 Februari beberapa belahan di dunia merayakan Hari Kasih Sayang atau yang sering disebut dengan “Valentine Day”. Walaupun pada awalnya, dahulu dikenal dengan Festival Lupecalia/Kesuburan yang dirayakan setiap tanggal 15 Februari. Pada kala itu, dalam acara festival nama wanita dimasukkan ke dalam sebuah kotak dan kemudian pria akan acak mengambil sebuah nama yang nantinya akan dijodohkan atau dipasangkan. Namun seiring perkembangan zaman budaya ini mulai berubah dan tradisi ini diganti hanya dengan mengungkapkan kasih sayang.

18Jan

Resolusi Tahun Baru : Pentingkah ?

Hampir di setiap awal tahun kita selalu mendengar kata “resolusi”. Tidak hanya mendengar, bahkan banyak dari kita yang memiliki kebiasaan untuk menuliskan semua resolusi kita di setiap awal tahun. Nah, sebenarnya apa sih arti kata resolusi itu sendiri? Diambil dari Cambridge Dictionary arti kata resolusi yang paling mendekati adalah “a promise to yourself to do or to not do something” (sebuah janji pada diri sendiri untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu). Jadi resolusi ini akhirnya dijadikan seperti harapan / cita-cita / target yang ingin kita capai agar menjadi lebih baik atau karena di tahun sebelumnya belum tercapai.

Bagaimana dengan efektivitasnya? Apakah orang yang selalu menuliskan resolusi di awal tahun selalu berhasil mencapai semua resolusinya? Dikutip pada situs its.ac.id, sebuah studi yang dilakukan oleh Richard Wiseman dari Universitas Bristol  menunjukkan bahwa 88% dari mereka yang memiliki resolusi tahun baru gagal mewujudkannya. Padahal, 52% dari responden yakin pada awalnya bahwa mereka akan berhasil mewujudkannya. Hal ini berarti menuliskan resolusi bukan satu-satunya faktor pengukur keberhasilan resolusi yang sudah kita buat. Tentu banyak faktor yang menjadi penghalang kesukseskan resolusi kita, baik itu yang sifatnya dapat kita kontrol (perilaku, usaha, kegigihan kita, dll) ataupun yang tidak dapat kita kontrol (faktor alam, kebijakan, pandemi, dll).

Terlebih di tahun 2020 seperti yang kita tahu bersama, hampir di seluruh penjuru dunia mengalami pandemi COVID-19 yang seakan menjadi “penghambat” atau “penyebab” kegagalan resolusi kita di tahun 2020. Sehingga di tahun 2021 ini, kita akan membawa kembali resolusi kita dari tahun sebelumnya dan tentunya menambahkan beberapa penyesuaian supaya berhasil di tahun ini dan tentunya menambahkan resolusi seputar kesehatan (baik fisik atau mental) menjadi prioritas utama.

Lalu apakah di tahun 2021 ini Anda akan tetap membuat resolusi? Dikutip dalam situs web seputar kesehatan dan kebugaran, verywellmind.com, studinya menyebutkan bahwa sebanyak 44% pembacanya akan tetap membuat resolusi, 34% tidak akan membuat resolusi, dan 12% masih ragu-ragu apakah akan membuat resolusi atau tidak di tahun 2021 ini. Terlepas dari kebiasaan kita apakah akan membuat resolusi atau tidak. Berikut dikutip dari berbagai sumber, beberapa manfaat jika kita membuat resolusi:

1.Bantu fokuskan target dan mimpi yang ingin diraih

Semakin banyak “angan-angan” yang ada didalam benak kita, maka akan semakin tidak jelas dan rumit membayangkannya. Bahkan kita akan cenderung menjadi bingung harus mulai dari mana. Oleh karena itu, membuat resolusi dapat dijadikan solusi untuk lebih dapat memetakan atau mengurutkan semua harapan / mimpi / cita-cita kita di tahun ini berdasarkan skala prioritasnya.

2. Sebagai acuan untuk menguji kemampuan berkomitmen

Mewujudkan semua target kita selama satu tahun tentu tidaklah mudah dan membutuhkan waktu yang lama. Terlebih bagi kita yang mudah merasa bosan dan masih lemah dalam hal komitmen diri, maka membuat resolusi adalah langkah yang tepat. Karena selama satu tahun kita akan terus melihat semua target kita. Lalu di akhir tahun, kita dapat menilai komitmen diri kita dari jumlah target yang sudah tercapai ataupun banyaknya usaha yang sudah kita lakukan.

3. Sebagai pengingat dan motivasi diri

Berkaitan dengan point sebelumnya, maka resolusi akhirnya dapat dijadikan seperti pengingat sebenarnya apa-apa saja target kita di tahun ini (secara lebih spesifik) dan secara tidak langsung dapat meningkatkan motivasi diri kita untuk dapat mewujudkan target kita tersebut.

4. Sebagai tanda eksistensi diri

Eksistensi diri yang dimaksud bukanlah eksistensi diri di media sosial seperti yang sekarang marak terdengar. Melainkan eksistensi untuk terus berkarya, demi mewujudkan harapan dan cita-cita kita. Karena setiap manusia ingin mendapat penghargaan, bukan berarti setiap manusia haus pujian, tetapi sebagai tanda eksistensi diri semata.

5. Mengurangi kecemasan

Menurut Psikoterapis Dr Stephanie Sarkis, kita dapat mengurangi beban pikiran dengan menuliskan tujuan hidup kita ke dalam jurnal. Sama halnya dengan membuat resolusi, secara tidak langsung dapat mengurangi beban pikiran kita / kecemasan kita akan hal yang belum pasti di masa mendatang.

Sementara bagi orang yang tidak terbiasa membuat resolusi biasanya mereka memilih menjalani hidup seperti air yang mengalir. Tidak ada salahnya juga karena prinsip orang berbeda-beda. Mereka berpikir, resolusi tidak harus dibuat tiap akhir atau awal tahun saja. Bagi mereka, sepanjang hidup mereka akan terus mengevaluasi diri dan memperbarui visi misinya tanpa harus susah payah memikirkan resolusi yang baru. Kemudian ada juga orang yang justru merasa cemas atau cenderung merasa depresi jika ada target yang tidak tercapai, sehingga lebih baik untuk tidak membuat resolusi (secara tertulis).

Pada akhirnya menjadi pilihan Anda untuk membuat resolusi atau tidak. Satu hal yang pasti, akan lebih mudah untuk mewujudkan resolusi Anda jika Anda membuatnya secara S.M.A.R.T. (Specific, Meaningful, Achievable, Relevant, and Timely). Selain itu, hilangkan anggapan yang salah bahwa resolusi menghalangi kita untuk berkreasi karena hanya terpaku pada target tapi menutup mata pada realita yang terjadi. Anggapan yang salah lainnya adalah tanpa resolusi hidup kita akan menjadi terkatung-katung, tanpa tujuan, tanpa arti, dan tak berkembang. Sejatinya resolusi dapat terus diubah dan disesuaikan lagi sesuai keinginan / kondisi yang terjadi. Apakah tahun ini Anda akan membuat resolusi?

(Oleh Dimas Sulistiyanto)

Sumber:

https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/resolution

https://www.its.ac.id/news/2020/01/01/resolusi-tahun-baru-penting-atau-tidak

https://www.verywellmind.com/reader-survey-new-years-resolutions-5093510

https://www.kompasiana.com/dono_salim/54f37f77745513932b6c78d3/kenapa-harus-membuat-resolusi-ini-dia-alasannya

https://pengusahamuslim.com/3257-tips-membuat-resolusi-1733.html

https://bangka.sonora.id/read/502484875/sebelum-buat-resolusi-tahun-baru-ketahui-dulu-manfaat-menulis-jurnal?page=all

10Dec

Menghadapi Toxic People di lingkungan sekitar

Mungkin banyak dari kita yang tanpa disadari di kelilingi oleh rekan kerja atau pun teman yang toxic.

Bila diterjemahkan dari Bahasa Inggris, toxic sendiri bermakna racun dan bisa menarik energi positif kita. Bahkan akan sangat memungkinkan mengubah positif yang ada di diri kita menjadi negatif.

18Nov

8 Cara Mengatasi Burn out akibat lelah bekerja

Bekerja merupakan aktivitas yang dijalankan setiap orang. Waktu bekerja pun terkadang menjadi berlarut-larut demi menyelesaikan banyaknya pekerjaan serta mengejar deadline.

Banyaknya lembur dan padatnya tugas yang selalu menumpuk dapat menjadi salah satu akibat stress kerja berkepanjangan/ burn out