Pernah dengar istilah EQ? Atau kepanjangan dari Emotional Quotient? Saya yakin tidak semua orang yang membaca istilah tersebut langsung tahu atau setidaknya belum familier. Karena tidak seperti saudaranya, istilah IQ (Intelligence Quotient) yang lebih familier bagi kalangan luas. Emotional Quotient atau juga dapat disebut sebagai Emotional Intelligent diartikan sebagai “Kapasitas untuk mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita sendiri, dan untuk mengelola emosi dengan baik dalam diri kita sendiri dan dalam hubungan kita dengan orang lain” (Daniel Goleman). Istilah EQ sendiri sebenarnya sudah ada sejak 1964 tetapi baru populer di tahun 1995 sejak peluncuran buku berjudul “Emotional Intelligence - Why it can be matter more than IQ” yang ditulis oleh Daniel Goleman sendiri.
Sejalan dengan pengertian Emotional Intelligent menurut Goleman tersebut maka komponen EQ dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:
1. Self-Awareness
Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan tetap sadar terhadap emosi diri ketika emosi itu muncul.
2. Self-Management
Kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan emosi yang impulsive (tiba-tiba / cepat). Termasuk didalamnya ada: self-control, trustworthiness, and optimism.
3. Social-Awareness / Empathy
Kemampuan dalam mengenali dan merespons dengan tepat emosi dan perasaan orang lain. Maka dari itu kita membutuhkan empati yaitu kemampuan dalam menempatkan atau mengidentifikasi diri kita dalam keadaan / perasaan / pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.
4. Relationship-Management
Kemampuan untuk mengelola keterampilan sosial yang diperlukan untuk mengembangkan hubungan yang efektif. Di dalamnya termasuk communication skills, conflict management, teamwork-collaboration, dll
Lebih lanjut, dikutip dari Helpguide.org manfaat emotional intelligent dalam kehidupan kita ada lima yaitu:
Mengingat betapa banyak manfaat dari EQ dalam kehidupan kita, sudah semestinya kita semakin termotivasi untuk terus meningkatkan EQ kita. Karena EQ dapat terus kita tingkatkan dengan berlatih terus menerus. Bahkan dalam artikel Harvard Business Review disebutkan bahwa “…tidak ada perilaku manusia yang tidak bisa diubah. Satu kabar baik adalah bahwa EQ cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, bahkan tanpa intervensi yang disengaja. Itulah cara teknis untuk mengatakan bahwa (kebanyakan orang) menjadi dewasa seiring bertambahnya usia”.
Jadi mulai sekarang berlatih untuk terus memahami apa emosi / perasaan kita saat ini, bagaimana kita mengelola emosi kita tersebut, memahami perasaan orang lain (empati), dan bagaimana cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan merespon orang lain dengan tepat. Tidak ada kata terlambat!
Sumber :
Artikel Lainya