blog_img1

Apa itu EQ (Emotional Quotient) dan Mengapa Penting ?

  •   12 Oktober 2020

Pernah dengar istilah EQ? Atau kepanjangan dari Emotional Quotient? Saya yakin tidak semua orang yang membaca istilah tersebut langsung tahu atau setidaknya belum familier. Karena tidak seperti saudaranya, istilah IQ (Intelligence Quotient) yang lebih familier bagi kalangan luas. Emotional Quotient atau juga dapat disebut sebagai Emotional Intelligent diartikan sebagai “Kapasitas untuk mengenali perasaan kita sendiri dan orang lain, untuk memotivasi diri kita sendiri, dan untuk mengelola emosi dengan baik dalam diri kita sendiri dan dalam hubungan kita dengan orang lain” (Daniel Goleman). Istilah EQ sendiri sebenarnya sudah ada sejak 1964 tetapi baru populer di tahun 1995 sejak peluncuran buku berjudul “Emotional Intelligence - Why it can be matter more than IQ” yang ditulis oleh Daniel Goleman sendiri.

Sejalan dengan pengertian Emotional Intelligent menurut Goleman tersebut maka komponen EQ dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu:

1. Self-Awareness

Kemampuan untuk memahami diri sendiri dan tetap sadar terhadap emosi diri ketika emosi itu muncul.


2. Self-Management

Kemampuan untuk mengendalikan perasaan dan emosi yang impulsive (tiba-tiba / cepat). Termasuk didalamnya ada: self-control, trustworthiness, and optimism.

3. Social-Awareness / Empathy

Kemampuan dalam mengenali dan merespons dengan tepat emosi dan perasaan orang lain. Maka dari itu kita membutuhkan empati yaitu kemampuan dalam menempatkan atau mengidentifikasi diri kita dalam keadaan / perasaan / pikiran yang sama dengan orang atau kelompok lain.

4. Relationship-Management

Kemampuan untuk mengelola keterampilan sosial yang diperlukan untuk mengembangkan hubungan yang efektif. Di dalamnya termasuk communication skills, conflict management, teamwork-collaboration, dll

Lebih lanjut, dikutip dari Helpguide.org manfaat emotional intelligent dalam kehidupan kita ada lima yaitu:

  1. Peforma di sekolah atau tempat kerja.  Kecerdasan emosional yang tinggi dapat membantu kita menavigasi kompleksitas sosial di tempat kerja, memimpin dan memotivasi orang lain, dan juga dapat unggul dalam karier. Faktanya, dalam hal mengukur calon pekerja penting, banyak perusahaan sekarang menilai kecerdasan emosional sama pentingnya dengan kemampuan teknis dan menggunakan pengujian EQ sebelum mempekerjakan.
  2. Kesehatan fisik. Jika kita tidak dapat mengelola emosi, kita mungkin juga tidak dapat mengelola stres. Ini dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius. Stres yang tidak terkontrol meningkatkan tekanan darah, menekan sistem kekebalan, meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke, berkontribusi pada kemandulan, dan mempercepat proses penuaan. Langkah pertama untuk meningkatkan kecerdasan emosional adalah mempelajari cara mengelola stres.
  3. Kesehatan mental. Emosi dan stres yang tidak terkontrol juga dapat memengaruhi kesehatan mental, membuat kita rentan terhadap kecemasan dan depresi. Jika kita tidak dapat memahami, merasa nyaman, atau mengelola emosi, kita akan kesulitan untuk membentuk hubungan yang kuat. Hal ini pada akhirnya dapat membuat kita merasa kesepian dan terisolasi dan semakin memperburuk masalah kesehatan mental.
  4. RelationshipDengan memahami emosi dan cara mengendalikannya, kita lebih mampu mengekspresikan perasaan kita dan memahami perasaan orang lain. Ini memungkinkan kita untuk berkomunikasi dengan lebih efektif dan menjalin hubungan yang lebih kuat, baik di tempat kerja maupun dalam kehidupan pribadi.
  5. Kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial memungkinkan kita mengenali mana teman mana musuh, mengukur minat orang lain pada kita, mengurangi stres, menyeimbangkan sistem saraf melalui komunikasi sosial, serta merasa dicintai dan bahagia.

 

Mengingat betapa banyak manfaat dari EQ dalam kehidupan kita, sudah semestinya kita semakin termotivasi untuk terus meningkatkan EQ kita. Karena EQ dapat terus kita tingkatkan dengan berlatih terus menerus. Bahkan dalam artikel Harvard Business Review disebutkan bahwa “…tidak ada perilaku manusia yang tidak bisa diubah. Satu kabar baik adalah bahwa EQ cenderung meningkat seiring bertambahnya usia, bahkan tanpa intervensi yang disengaja. Itulah cara teknis untuk mengatakan bahwa (kebanyakan orang) menjadi dewasa seiring bertambahnya usia”.

Jadi mulai sekarang berlatih untuk terus memahami apa emosi / perasaan kita saat ini, bagaimana kita mengelola emosi kita tersebut, memahami perasaan orang lain (empati), dan bagaimana cara kita berinteraksi, berkomunikasi, dan merespon orang lain dengan tepat. Tidak ada kata terlambat!

 

 

Sumber :

  • Goleman, D. (2007). Emotional Intelligence. Kecerdasan Emosional. Mengapa EI lebih penting daripada IQ. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
  • https://www.helpguide.org/articles/mental-health/emotional-intelligence-eq.htm
  • https://hbr.org/2013/05/can-you-really-improve-your-em?registration=success
  • Photo by Pixabay from Pexels
  • Photo by Andrea Piacquadio from Pexels
  • Photo by RODNAE Productions from Pexels
  • Photo by Polina Zimmerman from Pexels

 

 

 

Artikel Lainya
Mengembalikan Semangat Bekerja
  • 26 April 2023

Hello #TemanMKU, kami segenap team Mitra Kerja Utama ingin mengucapkan "Selamat Hari Raya Idul Fitri 1444 H"

Selengkapnya
Peran Atasan dalam Pola Kerja 'Hybrid Working
  • 15 Juni 2023

Hybrid Working Sejak tahun lalu, banyak pegawai yang memilih bekerja dengan pola kerja hybrid. Hal ini  dibuktik

Selengkapnya
INGIN MENIKAH DENGAN REKAN KANTOR? PAHAMI HAL BERIKUT INI SEBELUM MENIKAH
  • 27 Februari 2023

Secara rata-rata jam bekerja di Indonesia adalah 8 jam sehari atau 40 jam dalam 1 minggu. Artinya kurang lebih ¼

Selengkapnya